Lumba-lumba hidung botol. |
Namun berbeda dengan di Jepang, khususnya di Taiji. Mamalia ini telah menjadi bagian adat setempat untuk dikonsumsi dagingnya, demikian juga dengan hewan raksasa laut lainnya, yaitu paus. Dan hal ini terkadang menjadi kekhawatiran negara lain, terutama barat.
Di mana, mereka mengkhawatirkan pemusnahan massal hewan laut yang cantik ini. Seperti yang terjadi pada hari Minggu kemarin, di mana ada sekitar 200 lumba-lumba disudutkan di salah satu teluk di Taiji, mereka dikurung dengan tidak diberi makan, untuk memudahkan nelayan mengambil mahluk laut tersebut.
Selain untuk konsumsi, mamalia laut ini dijual kepada pemilik akuarium di seluruh dunia. Hal ini tentu mendapat respon mereka yang peduli terhadap lingkungan, salah satunya dai Sea Shepherd Conversation Society, mereka melakukan demo di depan nelayan. Tapi nelayan tersebut mendapatkan pembelaan dari pemerintah Jepang, di mana hal tersebut merupakan bagian dari adat setempat.
"Lebih dari 200 lumba-lumba hidung botol berada di teluk, sebagian sudah mengeluarkan darah, dan banyak dari mereka yang ingin melarikan diri," salah satu reporter televisi mengatakan.
Demikian juga duta besar Amerika untuk Jepang, menulis dalam tweetnya," sangat prihatin dengan pembunuhan dan perburuan lumba-lumba ini."
Namun pemerintah Jepang tidak bergeming, karena nelayan setempat sudah biasa mengkonsumsi daging mamalia laut tersebut.
Untuk videonya, silahkan klik tautan berikut ini.