Monday, January 28, 2008

Bahrain "Kubur" Warisan Kuno Era Dilmun

Gundukan-gundukan tanah yang disebut "kerajaan" di Bahrain, yang merupakan makam seorang tokoh. Foto diambil tahun 1960-an.
Pembangunan di Bahrain belum menunjukkan perlambatan. Dalam setengah abad terakhir, teluk kecil ini telah berubah dari perbukitan dan gurun menjadi kota metropolis yang disesaki 1,2 juta penduduk. Perubahan tersebut mencakup topografi.

Sejak tahun 1960-an, negara ini terkenal dengan gundukan-gundukan tanah, yang merupakan pemakaman prasejarah. Ini merupakan keajaiban arkeologi yang tersisa dari peradaban Dilmun sejak 4000 tahun lalu.


Namun dalam dekade terakhir, 90% gundukan tanah pemakaman tersebut telah lenyap, dipakai menjadi perumahan dan infrastruktur lainnya.

Gundukan tanah foto dari tahun 1960-an.
"Ini adalah catatan sejarah penting," kata Steffen Laursen, seorang arkeologi di Museum Moesgaard. Gundukan ini disebut "kerajaan" yang mempunyai tinggi sekitar 40 meter, dan yang dimakamkan merupakan tokoh masyarakat dan kepala dinasti yang telah memimpin saat itu.

Dulu daratan Bahrain dipenuhi oleh gundukan-gundukan tersebut, pada puncaknya mempunyai jumlah sekitar 76.000, yang mengungkapkan tentang kehidupan masyarakat kuno. Laursen menemukan bahwa, gundukan tertua berumur 2050 Sebelum Masehi, ketika itu Dilmun (nama Sumeria) tidak lebih dari kumpulan suku, dan saat itu telah menjadi kekuatan ekonomi di wilayah tersebut.


Penggalian dalam gundukaan makam.
"Kehidupan manusia dan perkembangan masyarakatnya telah dibekukan di pemakaman ini dengan cara yang tidak ada di tempat lainnya. Saya melihat mereka sebagai laboratorium yang unik untuk perbaikan sosial. Ini benar-benar arsip penting," ungkap Laursen.

Sayangnya, gundukan tanah tersebut kini telah bertentangan dengan pembangunan Bahrain. Di mana Bahrain hanya memiliki luas sekitar 760 kilometer persegi, dan mempunyai kepadatan penduduk tertinggi di dunia.
Gundukan tanah yang merupakan makam di sekitar perumahan.
"Ada tekanan besar untuk membangun rumah bagi penduduk menengah ke atas. Ini adalah isu yang digunakan untuk "memusnahkan" gundukan pemakanan tersebut," kata Robert Killick, arkeologi yang memimpin penggalian tahun 1990-an di Saar di barat laut Bahrain.

Banyak gundukan pemakaman tersebut digilas buldoser, untuk meratakan tanahnya. Sehingga pembangunan perumahan bisa dilakukan. Sayangnya, departemen arkeologi Bahrain hanya mampu menyelamatkan sedikit gundukan tersebut.

Kebutuhan perumahan di Bahrain sangat tinggi, di tengah sedikitnya lahan yang tersedia. Bahrain akan menyesal, jika gundukan-gundukan tanah tersebut sampai hilang dari peradaban mereka.

"Ketika saya bekerja di Bahrain pada tahun 1990, saya pikir, dalam 20 tahun kedepan, masyarakat akan melihat ke belakang dan menyadari bahwa warisan yang mereka miliki hilang," ucap Killick. Sumber: CNN

Sisa-sisa bangunan masyarakat kuno.