Wisatawan sedang berenang di Laut Baltik. |
Pada tahun 1945, pada kesepakatan di Konferensi Postdam, Inggris dan Uni Soviet membuang kurang lebih 65.000 ton senjata kimia yang dimiliki Jerman ke Laut Baltik. Sejak saat itu, peneliti bahwa "bom waktu" itu bisa meledak sewaktu-waktu.
Hal ini tentu mengancam perairan di sana, apalagi jika biota laut seperti ikan, kerang dan hasil laut lainnya yang dikonsumsi manusia, tentu akan meracuni tubuh.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Universitas Militer Polandia,menemukan jejak gas mustard di dasar laut dan pantai Polandia, tepatnya di teluk Gdansk. Hal ini bisa dikarenakan drum-drum yang memuat zat kimia terkena korosi air laut, sehingga kebocoran bisa terjadi kapan saja.
Sehingga ikan-ikan yang hidup di sana akan mengkonsumsi air yang telah terkontaminasi, dan memasuki rantai makanan hingga sampai ke manusia.
Namun sangat sulit untuk melacak zat kimia yang telah dibuang, selain laut yang keruh, zana pembuangan juga tidak terpetakan selama pembuangan zat kimia tersebut.
Soviet memang memiliki sikap yang cukup bebas dalam membuang senjata yang sudah tidak dipergunakan. Maskipun sebagian besar amunisi yang tidak terpakai dibuang di wilayah Bornholm dan Gotland Deeps.
"Akan terjadi bencana lingkungan yang lebih besar dari Chernobyl dalam beberapa tahun kedepan," ucap Mr Popiel, seorang peneliti.
Badan perlindungan lingkungan Polandia berharap kepada NATO untuk memberikan bantuan, seperti dana dan teknologi untuk menemukan tepatnya dimana senjata kimia tersebut dibuang, sehingga penyelamatan bisa dilakukan sebelum terlambat.
Namun upaya untuk mengangkat drum-drum yang penuh dengan zat kimia juga sangat rentan bahaya, mengingat korosi yang sudah terjadi dan bisa mengakibatkan kebocoran pada drum tersebut.