Tuesday, January 8, 2008

Merakyat Saat Pemilu

Pemilu 2014.
Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 tinggal menghitung bulan. Pesta demokrasi terbesar dan bisa dibilang termahal ini, akan menentukan pemimpin bangsa ini dalam 5 tahun mendatang. Tentunya hal ini perlu partisipasi rakyat, agar pemimpin yang dipilih benar-benar didukung oleh rakyat.

Beragam cara pun dilakukan, baik oleh penyelenggara Pemilu yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU), partai politik (parpol), ataupun calon presiden (capres) itu sendiri. Mereka semua mulai berkampanye, untuk membuat rakyat memberikan dukungan dan peran sertanya.


Walaupun aturan masa kampanye belum secara resmi dikeluarkan oleh KPU, namun para capres dan parpol sudah melakukan sosialisasi. Baik itu dibalut oleh ajang peresmian, jalan-jalan semata, blusukan, hingga menyantuni anak yatim. Para capres saat ini kian merakyat. Mereka ingin mengambil hati rakyat dengan cara yang sangat elegan.

Rakyat tentu senang jika calon pemimpinnya bersimpati kepada mereka, apalagi jika dilakukan kepada wilayah-wilayah yang bisa dibilang miskin. Hal ini tentu akan membantu mereka dalam memperbaiki ekonominya. Banyak juga capres yang memberikan bantuan berupa sembako ataupun uang, demi memperkenalkan mereka ke khalayak ramai.

Terkadang saat kampanye mereka tidak memilih siapa yang akan mereka sambangi, mereka tidak peduli di mana rakyat tinggal. Para capres terkadang datang ke pasar yang becek dan kotor, ke perkampungan yang kumuh, bahkan ke perkumpulan rakyat, tanpa takut, malu dan was-was.

Namun apakah hal itu cukup bagi rakyat? Coba tengok pemimpin kita saat ini, begitu mereka menjabat jangankan berjabat tangan dengan pemimpin, datang ke suatu acara saja harus dipilih-pilih. Belum lagi pasukan pengamanan yang berlapis-lapis. Sehingga sangat sulit bagi rakyat untuk melihat pemimpinnya.

Tentunya kita tidak ingin memiliki pemimpin yang demikian, kita ingin mempunyai pemimpin yang merakyat, bisa membuka pintu kapan pun dan di manapun pemimpin berada, tanpa ada banyak protokoler. Jika bisa, pemimpin harus memiliki jiwa seperti Gubernur Jakarta saat ini, tanpa harus diundang, tanpa harus ada pengawalan ketat, beliau datang kepada masyarakat yang dipimpinnya kapan saja.