Sunday, January 20, 2008

Mandailing Natal dan Sejarah Kopi yang Melegenda

Jalur berat menuju Mandailing Natal.
Soal kopi, Pulau Sumatera memang rajanya. Di sini dari mulai lampung sampai Banda Aceh, terkenal dengan keragaman kopinya, yang maisng-masing mempunyai ciri khas yang berbeda. Di sini juga awal mula kopi luwak dibudidayakan.

Selain kopi luwak yang sudah terkenak ke seluruh penjuru dunia, Sumatera menyimpan beragam kopi, seperti kopi yang cukup melegenda dan terkenal ke seantero dunia, terutama Eropa. Yaitu kopi yang berasal dari Mandailing Natal.


Untuk menikmati kopi ini, Tim dari "Sahabat Petualang", Terios 7 Wonders Coffe Paradise, harus rela menempuh jarak sekitar 628 kilometer yang melelahkan dari Bengkulu menuju Bukit Tinggi. Di sini mobil Terios Hi-Grade Type TX AT dipaksa untuk memberikan performance yang terbaik.



Jalur belukar menuju perkebunan kopi.
Hal itu dilakukan untuk menikmati kopi yang sejak 1699 telah terkenal ke Eropa, terutama Belanda yang saat itu mendiami wilayah Nusantara. Kecamatan Pakantan menjadi tujuan tim Sahabat Petualang, yang terdiri dari tiga boleh Terios.

Setelah tiba di daerah tujuan, yang mempunyai medan merata mulai dari tanah, lumpur hingga jalan berbatu, tim diberikan pemandangan berupa hamparan perkebunan kopi rakyat, yang mempunyai ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Tapi kini pamor kopi yang cukup melegenda tersebut kian menurun.

Padahal, kopi dari daerah ini menjadi andalan perekonomian masyarakat setempat. Kopi ini biasanya diekspor ke Austria saat ini.

 

Perjalanan Terios 7 Wonders.
Singgah sejenak di sana kita akan mudah menemukan kedai kopi, yang memang menjadi tujuan utama tim Terios 7 Wonders. Aroma kopinya sangat khas, dan harum. Sebagian besar merupakan jenis kopi Arabika.

Selain itu, tim juga diajak salah satu pemilik kebun untuk melihat perkebunannya, yang mempunyai jalur semi offroad. Beberapa kilometer tim menelusuri semak belukar, sampai akhirnya tiba di perkebunan yang dituju. Ada sekitar 50 hektare luas yang dimiliki pemilik kebun kopi tersebut, bukan jumlah yang kecil. Bahkan ada petani kopi lainnya yang memiliki kebun seluas 150 hektare.

Perkebunan di sini sangat sederhana, karena memang teknologi belum sampai kepada petani. Sehingga pengolahan kopi masih bergantung kepada ada atau tidaknya sinar matahari dalam mengolah kopi. Tentunya ini sangat ketinggalan jaman.


Perjalanan menuju Mandailing Natal.
Dan tim Terios 7 Wonders berharap, jika potensi yang sangat berharga ini perlu dikembangkan, terlebih saat ini kopi menjadi minuman favorit kedua di dunia setelah teh. Ayo maju terus patni kopi Mandailing Natal, tunjukkan kembali kopi yang pernah merajai Eropa.