Monday, January 7, 2008

Bisnis Triliunan Rupiah di Balik Pembajak Somalia

Pembajak Somalia. (businessweek.com)
Pembajak Somalia yang merebut kapal MV Maersk Alabama, memang tidak tampak seperti pengusaha. Tapi pembajakan tersebut dilakukan oleh perusahaan yang sangat terstruktur, dan menghasilkan keuntungan yang besar. Hal itu berdasarkan studi terbaru yang telah dilakukan.

Para pambajak diperkirakan meraup kuntungan sebesar US$431 juta atau sekitar Rp4,5 triliun, dari sekitar 154 pembajakan dalam kurun waktu 2005-2012. Peneliti dari interpol dan PBB, melihat pembajakan layaknya bisnis pengusaha.


"Bisnis bajak laut adalah sama seperti bisnis lain pada umumnya," kata Stuart Yikona, spesialis yang bekerja pada Bank Dunia. Dengan mewawancarai pambajak yang ditangkap, peneliti menemukan pola operasi bajak laut yang mengejutkan. Seperti model bisnis pada umumnya, mereka mempunyai investor, tata cara laporan, dan pencatatan yang rinci.

Sebagian besar dijalankan oleh pemodal yang berada di Somalia. Mereka menginvestasikan uangnya untuk membuat pembajakan. Bahkan mereka memiliki ketua, dan menajemen pada umumnya pengusaha.

Pemodal merekrut nelayan, menyediakan perahu dan persenjataan. Sementara ada juga yang melakukan negoisasi untuk mendapatkan uang tebusan. Mereka juga mengawasi perairan.

Selain itu, para perompak juga disediakan layanan lainnya, " Mereka diberikan alkohol dan prostitusi, setiap layanan yang mereka gunakan akan dicatat, disimpan, saat penerimaan uang tebusan nantinya," ungkap laporan tersebut.

Para "prajurit" (nelayan) umumnya menerima bayaran sekitar US$30.000 sampai US$75.000 setiap kali pembajakan terjadi, dan jumlah itu tidak lebih dari sekitar 2,5 persen dari uang tebusan. Dan jika mereka mengajukan bayaran diawal, maka mereka dikenakan biaya untuk bunga.

Pemodal memiliki keuntungan yang lebih besar, di mana sekitar 75%, masuk ke kas pemodal. Namun, siapakan pemodal tersebut, dan apa yang mereka lakukan untuk mengamankan imbalannya?

"Sebagian uang yang ada tetap berada di Somalia," kata Yikona. Dan sebagian besar adalah panglima perang, merka juga gunakan uang hasil tebusan untuk perlindungan politik, dan menginvestasikan untuk pembajakan berikutnya. Beberapa melakukan uang untuk bisnis yang sah, seperti investasi properti dan hotel.

Seringkali uang tebusan disimpan di luar begeri, dengan skema pencucian uangyang rumit, untuk meyakinkan uang tersebut aman digunakan.

Hal inilah yang membuat pembajakan di Somalia berkembang pesat, karena keuntungan yang didapat sangatlah tinggi. (businessweek.com)